Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucapsyukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:16-18)
Inti perikop ini, Paulus berdoa memohon agar Allah menguduskan dan memelihara totalitas hidup jemaat di Tesalonika, sehingga sempurna dengan tidak bercacat cela sampai Kristus datang kembali (Ay. 23). Dan Paulus memberikan beberapa nasehat kepada orang-orang percaya bagaimana kita harus menunjukan sikap iman di tengah-tengah pergumulan dunia ini.
Sekarang kita diperhadapkan dengan COVID-19 yang belum berakhir. Bagaimana sikap orang beriman? Sikap yang pertama, pada ayat yang ke-16, bersukacitalah senantiasa. Hal ini dapat terjadi atau dilakukan oleh orang Kristen jika didasarkan pada hubungan yang intim antara orang percaya dengan Kristus. Paulus tidak hanya memberikan nasehat. Paulus memiliki pengalaman hidup yang nyata, di tengah-tengah pergumulan, di tengah-tengah pemenjaraan, dibelenggu karena Injil Yesus Kristus, Ia menasehatkan kepada jemaat di Filipi agar bersukacitalah senantiasa. Itu sebabnya sukacita di dalam Tuhan Yesus tidak dapat diambil oleh kesulitan, sukacita di dalam Tuhan Yesus itu terus mengalir dari hidup orang percaya sekalipun situasi berubah. Sikap yang berikut adalah tetaplah berdoa sebagaimana di jelaskan pada ayat 17. Tetaplah berdoa berarti menjadikan doa sebagai gaya hidup, persekutuan dengan Allah dari waktu ke waktu, karena Paulus menyadari pentingya merasakan kebutuhan berdoa dalam menghadapi pergumulan pribadi, dalam pelayanan, pekerjaan misi sedunia yang beigtu sulit. Paulus sadar doa sangat penting. Berdoa berarti membangun hubungan. Doa menghubungkan kita dengan Surga. Ketika kita berdoa, Surga terbuka, berkat Allah dicurahkan dan kuasa Tuhan diberikan kepada orang yang berdoa untuk dapat mengalami kuasa dalam hidup dan juga menghadapi pergumulan dan dalam pelayanan. Doa juga menghubungkan kita dengan suku-suku yang belum mengenal Yesus. Doa juga menghubungkan kita dengan pekerja misi di garis depan. Kita bisa terlibat dalam pelayanan misi melalui doa, mendoakan mereka yang berjuang di garis depan untuk menjangkau suku terabaikan. Yang ketiga, Paulus menasehatkan orang percaya agar mengucap syukur dalam segala hal. Mengucap syukur dalam bahasa asli, dalam bahasa Yunani, berarti merasa puas, merasa dikasihi, berpikir positif, hati yang sepakat dengan janji Tuhan, tidak memiliki sakit hati/ dendam. Meskipun mengucap syukur ini memilki berbagai arti, tetapi kita dapat melihat bahwa mengucap syukur berkaitan langsung dengan kondisi hati dan pikiran kita. Sekali lagi, mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Allah. Kita rindu hidup kita melakukan apa yang Tuhan ingini, hidup kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dan Tuhan ingin supaya dalam situasi apapun kita mengucap syukur.
Kehendak Allah adalah agar manusia percaya kepada Yesus yang diutus oleh Bapa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Yoh. 6:29: Jawab Yesus kepada mereka: Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” Ada banyak ayat dalam Alkitab menjelaskan tentang kehendak Allah. Salah satunya adalah bersukatica, berdoa, dan bersyukur, dalam situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, bersyukurlah dalam segala hal itulah yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Kita akan belajar bagaimana kuasa dari ucapan syukur. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia, Yesus sungguh-sungguh menunjukkan sikap mengucap syukur ini, dan ucapan syukur yang dilakukan Yesus mendatangkan mujizat. Misalnya, sebelum Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus bertanya kepada murid-muridnya, “Apa yang ada padamu?” Murid-murid menjawab Yesus, “hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus meminta kepada murid-murid-Nya, kemudian Ia menaikkan syukur kepada Bapa atas lima roti dan dua ikan, puji Tuhan mujizat terjadi! Ketika lima roti dan dua ikan dibagi-bagikan kepada lima ribu orang, itu semua tercukupkan bahkan berkelebihan. Itulah kuasa dari ucapan syukur.
Ada kesaksian dari seorang hamba Tuhan yang Bernama Geoge Muller, ia melayani Tuhan dan mendirikan panti asuhan, memelihara dan mengayomi ribuan orang miskin dan anak-anak yatim piatu. Pada suatu ketika, saat tiba waktu makan malam, Muller meminta anak-anak panti asuhan untuk mengatur peralatan makan di meja. Tetapi anak-anak panti asuhan tahu bahwa di dapur tidak ada makanan apa-apa. Bahan-bahan makanan tidak ada. Maka ketika George Muller meminta anak-anak mengatur piring, ada seorang anak bertanya, “Bapak, mengapa kita mengatur piring untuk makan malam? Di belakang tidak ada makanan untuk kita hidangkan dan makan.” Jawab Geoge Muller kepada anak-anak panti, “tenang anak-anakku, Tuhan Yesus baik, Tuhan Yesus senantiasa memelihara kita. Mari kita bersyukur." Dengan keadaan piring-piring kosong, tidak ada makanan, tidak ada nasi tidak ada lauk, Muller mengajak anak-anak mengucap syukur, menaikkan syukur di hadapan Tuhan atas kesulitan yang mereka hadapi, mengucap syukur atas pergumulan, tidak ada makanan untuk dimakan. Ketika doa diakhiri dengan AMIN, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu, dan ketika dibuka, Puji Tuhan, ada orang membawa makanan, cukup untuk semua anak panti asuhan. Inilah kuasa mengucap syukur. Dengan iman, maka mujizat terjadi.
Mengucap syukur adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan, mempermuliakan nama-Nya. Sebuah ungkapan mengatakan, “ucapan syukur akan menarik hati kita kepada Allah dan menjaga hati kita untuk tetap melekat kepada-Nya.” Dalam mengucap syukur kita selalu mengingat Allah yang besar, Allah yang Ajaib, Allah yang hidup, Allah yang penuh kebaikan. Mengucap syukur juga mengajarkan kita untuk menerima kehendak Allah, walaupun kehendak-Nya tidak seperti yang kita ingini, tidak seperti yang kita harapkan. Kita percaya bahwa kehendak Tuhan pasti lebih baik dari kehendak kita. Jangan lupa, tetaplah berdoa kepada Tuhan Yesus, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan, bersyukurlah dalam segala keadaan, itulah yang dikehendaki Allah, itulah yang Tuhan mau dari kehidupan kita. Apalagi sekarang kita menghadapi pandemic COVID-19 yang belum berakhir ini, secara manusia kita cemas, COVID ini memporakporandakan tatanan kehidupan masyarakat; tatanan politik, tatanan ekonomi, tatanan pendidikan, kesehatan, bahkan kebaktian Minggu kita diubah semua, tetapi iman kita kepada Tuhan tidak pernah berubah. Rasa syukur kita kepada Tuhan tidak boleh berubah. Kita yakin dengan apa yang kita lakukan, sebagaimana nasehat Paulus tadi, kita akan menjadi berkat bagi keluarga kita, teman kerja, lingkungan, bahkan bagi suk-suku terabaikan di seluruh dunia, melalui doa dan ucapan syukur kita, bagi para pekerja misi, maupun juga melalui berbagai bentuk dukungan yang dapat kita berikan untuk mereka yang melayani di garis depan. Puji Tuhan, Tuhan Yesus memberkati kita untuk menjadi berkat bagi segala bangsa.
AMIN
Comments